kaltimcyber.com. Pembangunan Infrastruktur Listrik di Kutai Timur: Menerangi Desa-Desa Terpencil – Upaya untuk menghadirkan penerangan bagi desa-desa di pelosok Kutai Timur (Kutim) terus berlanjut dengan semangat yang tak kenal lelah. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur bekerja sama dengan PLN berupaya keras untuk menyelesaikan pembangunan jaringan listrik di 13 desa terpencil yang tersebar di empat kecamatan, yaitu Batu Ampar, Bengalon, Muara Bengkal, dan Sangkulirang. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik dari segi medan maupun perizinan, komitmen untuk menerangi pelosok negeri tetap kuat.
Kepala Bagian Sumber Daya Alam (SDA) Sekretariat Kabupaten Kutai Timur, Arif Nur Wahyuni, menjelaskan bahwa progres pembangunan jaringan listrik di sejumlah desa terus berjalan sesuai dengan tahapan yang telah ditetapkan. Ia menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah desa dan masyarakat agar kendala teknis yang muncul di lapangan dapat segera diatasi.
“Kami mengimbau kepada semua pihak di tingkat desa untuk terus mendukung dan membantu penyelesaian kendala yang ada, sehingga pemasangan listrik dapat segera terealisasi,” ujar Arif dalam pernyataannya pada Senin (3/11/2025).
Proyek elektrifikasi ini mencakup 13 desa yang tersebar di empat kecamatan. Di Kecamatan Batu Ampar, jaringan listrik sedang dibangun di Desa Beno Harapan, Mawai Indah, dan Mugi Rahayu. Di Kecamatan Bengalon, pembangunan dilakukan di Desa Persiapan Tepian Madani (Desa Tepian Baru) dan Desa Persiapan Tepian Raya (Desa Tepian Indah). Sementara itu, di Muara Bengkal, fokus pembangunan berada di Desa Mulupan dan Senambah. Di Kecamatan Sangkulirang, enam desa yang menjadi target pembangunan adalah Mandu Dalam, Mandu Pantai Sejahtera, Pelawan, Peridan, Saka, dan Tepian Terap.
Namun, di balik semangat menerangi pelosok, tantangan di lapangan memerlukan perhatian lebih. Agus Rudianto, Pelaksana Harian Manager UP2K Kaltim sekaligus Team Leader Perencanaan Listrik Perdesaan, menjelaskan bahwa kondisi geografis dan infrastruktur menjadi kendala utama.
Di Desa Senambah, misalnya, beberapa ruas jalan memerlukan perbaikan agar material listrik dapat diangkut dengan lancar. Di Desa Mulupan, satu jembatan perlu diperbaiki agar kendaraan proyek dapat melintas. Sementara itu, di Desa Pelawan, pembangunan jembatan penyeberangan masih dalam proses.
Selain kendala fisik, perizinan juga menjadi tantangan yang harus diatasi. Pengurusan izin untuk melintasi wilayah Hutan Tanaman Industri (HTI) di Desa Beno Harapan dan Mawai Indah masih dalam tahap proses. Di beberapa desa lain, seperti Mandu Dalam, Mandu Pantai Sejahtera, dan Peridan, pembangunan terhambat oleh izin penebangan pohon sawit milik perusahaan setempat.
“Untuk semua lokasi desa, kami berharap kerja sama dari pemerintah desa dalam melakukan sosialisasi kepada pemilik lahan yang berada di lokasi pembangunan jaringan listrik PLN. Perlu dicatat bahwa tidak ada ganti rugi terkait penebangan pohon,” tegas Agus.
Meskipun demikian, PLN tetap optimis bahwa seluruh proses dapat diselesaikan secara bertahap dengan dukungan masyarakat dan koordinasi lintas sektor. Pemerintah daerah sangat berharap agar proyek ini segera rampung, mengingat listrik merupakan fondasi penting bagi kemajuan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup warga.
Langkah untuk memperluas akses energi ini tidak hanya berarti menghadirkan terang di malam hari, tetapi juga membuka peluang bagi lahirnya aktivitas ekonomi baru di pedesaan Kutai Timur. Dari rumah tangga, pendidikan, hingga usaha mikro yang bergantung pada pasokan listrik yang stabil.
Harapan sederhana masyarakat pelosok kini berdenyut seiring dengan kabel-kabel listrik yang sedang direntangkan, menanti hari ketika malam tak lagi gelap dan suara mesin diesel hanya tinggal kenangan.(adv/05)
