Pemerintah Kabupaten Kutai Timur Perkuat Ketahanan Pangan Melalui Inovasi di Sektor Pertanian dan Peternakan

kaltimcyber.com. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur Perkuat Ketahanan Pangan Melalui Inovasi di Sektor Pertanian dan Peternakan – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Pemkab Kutim) melalui Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan (TPHP) terus berkomitmen untuk memperkuat sektor pertanian dan peternakan sebagai penyangga utama ketahanan pangan daerah. Dalam upaya ini, Pemkab Kutim mengimplementasikan langkah-langkah evaluatif, pembinaan berkelanjutan, dan pengembangan sistem kemitraan yang adaptif terhadap tantangan zaman dan kondisi sumber daya manusia di lapangan.

Kepala Dinas TPHP Kutim, Dyah Ratnaningrum, baru-baru ini mengundang para pelaku usaha peternakan ayam broiler untuk membahas berbagai persoalan yang dihadapi peternak. Isu-isu seperti perizinan, mekanisme kemitraan, dan dampak lingkungan menjadi fokus utama dalam forum tersebut. Dyah menjelaskan, banyak peternak ayam broiler di Kutim merupakan mitra binaan perusahaan besar seperti Charoen Pokphand dan Japfa Comfeed, yang sudah memiliki pasar dan pendampingan.

“Forum ini tidak hanya menjadi ajang pembinaan, tetapi juga sarana pemetaan potensi usaha. Kami ingin memastikan bahwa seluruh kegiatan peternakan berjalan dengan prinsip keberlanjutan dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan,” ungkap Dyah.

Di sektor peternakan sapi, Dyah mengungkapkan bahwa populasi sapi di Kutim saat ini mencapai sekitar 15 ribu ekor. Meskipun mengalami penurunan akibat wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) sejak 2021, Dinas TPHP gencar mendorong program inseminasi buatan (IB) untuk mengembalikan populasi ternak. Tahun ini tercatat hampir seribu kelahiran baru di sejumlah kecamatan.

“Dari populasi 15 ribu, yang bisa dipotong hanya sekitar 10 persen atau 1.500 ekor per tahun. Kami juga mendatangkan sapi dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan daging lokal yang mencapai 5.000 ekor per tahun,” jelasnya.

Dyah menambahkan, tantangan mendasar dalam sektor peternakan di Kutim adalah minimnya pelaku usaha utama. Mayoritas masyarakat masih menjadikan beternak sebagai pekerjaan sambilan. Namun, ia optimis bahwa dukungan teknologi, sistem kemitraan, dan minat investor lokal dapat mempercepat pertumbuhan subsektor ini.

“Jika ada investor lokal yang mau menanamkan modal di bidang peternakan, peluangnya luar biasa. Lahan kita luas, pakan melimpah, dan pasarnya jelas,” pungkas Dyah.

Selain itu, Dyah juga mengungkapkan stabilitas produksi hortikultura di tengah musim hujan. Hingga saat ini, produksi hortikultura masih aman dan belum ada laporan kerusakan akibat banjir. Dinas TPHP telah menyiapkan anggaran untuk antisipasi bencana, serta berkomunikasi dengan Jasindo untuk merealisasikan program asuransi pertanian tahun depan.

Dengan langkah-langkah terukur dan kolaboratif ini, Kutim perlahan menata diri menuju kemandirian pangan yang berdaya saing. Sektor peternakan, pertanian, dan hortikultura tumbuh serempak dalam bingkai kemitraan dan inovasi berkelanjutan, memberikan harapan baru bagi masyarakat dan ketahanan pangan daerah.(adv/05)

Exit mobile version