Kaltimcyber.com. Tingkatkan Nilai Tambah, Kristian Hasmadi Dorong Pemerintah Memfasilitasi Hilirisasi Industri Sawit – Petani sawit swadaya di Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Kalimantan Timur (Kaltim), masih menghadapi berbagai tantangan yang membuat kesejahteraan mereka jauh dari harapan.
Anggota DPRD Kutai Timur, Kristian Hasmadi, menyampaikan keprihatinannya atas kondisi ini dan meminta pemerintah untuk mengambil langkah strategis dengan membangun perusahaan penampung sawit dan memfasilitasi hilirisasi industri kelapa sawit di daerah tersebut.
Dalam pernyataannya di Gedung DPRD Kutim pada Kamis (15/8/2024), Kristian Hasmadi, yang merupakan politisi PDIP, mengungkapkan bahwa petani sawit di Kutim mengalami kesulitan besar karena tidak memiliki pabrik pengolahan sendiri. “Perusahaan-perusahaan besar di Kutim memiliki lahan inti sendiri, sehingga petani swadaya kesulitan menyalurkan hasil panennya,” ujarnya.
Kristian menekankan pentingnya hilirisasi industri kelapa sawit di Kutim, yang akan memungkinkan pengolahan produk turunan sawit seperti minyak goreng, sabun, dan kosmetik di wilayah tersebut.
“Dengan adanya fasilitas seperti refinery, sawit tidak perlu lagi dibawa keluar, tetapi diolah terlebih dahulu menjadi produk jadi. Ini akan meningkatkan nilai tambah dan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal,” katanya.
Tantangan lain yang dihadapi petani sawit di Kutim adalah terkait pola kemitraan, harga tandan buah segar (TBS), kebun plasma, dan grading. Kristian menyoroti bahwa pola kemitraan antara petani dan pabrik kelapa sawit (PKS) perlu dipercepat dengan sistem zonasi yang difasilitasi oleh Dinas Perkebunan (Disbun).
“Percepatan pola kemitraan ini penting agar petani dapat bekerja sama dengan perusahaan dalam teknis per zonasi yang lebih teratur,” jelasnya.
Selain itu, Kristian juga mengkritik masalah harga TBS yang kerap tidak sesuai dengan ketentuan pemerintah. Ia meminta agar pengawasan harga TBS dilakukan dengan lebih ketat.
“Kami minta pengawasan harga TBS sesuai harga Disbun, sehingga petani tidak dirugikan,” tegasnya.
Terkait kebun plasma, Kristian menyoroti bahwa pola kemitraan inti-plasma sering kali tidak memberikan manfaat optimal bagi masyarakat, terutama petani kecil yang sering kali dirugikan oleh praktik yang tidak adil dari perusahaan.
“Kemitraan ini seharusnya menguntungkan kedua belah pihak, namun realitasnya banyak petani yang dirugikan,” tambahnya.
Dalam hal grading atau sortasi buah sawit, Kristian meminta agar perusahaan mengikuti standar aturan yang berlaku, dengan kisaran penurunan hanya 3-5 persen.
“Hal ini penting agar petani mandiri tidak mengalami kerugian besar dalam penjualan hasil panen mereka,” katanya.
Terpisah, Bupati Kutim, Ardiansyah Sulaiman, mengungkapkan bahwa saat ini sudah ada investor yang berencana membangun pabrik kelapa sawit di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy. Ardiansyah berharap dalam satu hingga dua tahun ke depan, industri sawit di Kutim dapat berdiri dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat lokal.
“Kami berharap satu sampai dua tahun ke depan perusahaan industri sawit dapat berdiri di Kutim, dengan membawa manfaat bagi masyarakat lokal,” ujarnya.
Upaya hilirisasi industri sawit ini diharapkan tidak hanya memberikan nilai tambah ekonomi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani sawit di Kutim yang selama ini masih bergulat dengan berbagai tantangan yang tidak mudah.
Dukungan dari pemerintah dan investor sangat dibutuhkan agar potensi besar sawit di Kutim dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat. (adv/dprd/wa)