Kaltimcyber.com. Maswar : Kutai Timur Harus Siap Menuju Transisi Peralihan Energi Terbarukan – Peralihan energi dari bahan bakar fosil menuju energi terbarukan telah menjadi agenda utama pemerintah Indonesia, sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik.
Langkah ini ditujukan untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi konvensional seperti batu bara, yang telah lama menjadi tulang punggung perekonomian daerah, termasuk di Kutai Timur (Kutim).
Anggota DPRD Kutim, Maswar menegaskan perlunya kesiapan Pemerintah Daerah dalam menyambut era pasca-tambang batu bara. Politisi Partai Golkar ini menyampaikan keprihatinannya mengenai ketergantungan Kutim pada sektor tambang yang selama ini menjadi salah satu sumber utama pendapatan daerah.
“Kita harus bersiap menghadapi pasca tambang ini,” ujarnya di Gedung DPRD Kutim, Selasa (13/8/2024).
Maswar mendorong pemerintah untuk mengembangkan sektor-sektor lain yang lebih berkelanjutan, seperti hilirisasi sawit. Menurutnya, langkah ini tidak hanya penting untuk mengurangi ketergantungan pada tambang, tetapi juga sejalan dengan upaya pemerintah pusat dalam menurunkan emisi gas rumah kaca dan mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060.
Peralihan menuju energi terbarukan memang bukan tanpa tantangan. Indonesia, yang dikenal sebagai salah satu negara dengan cadangan batu bara terbesar, kini menghadapi dilema dalam mengelola sumber daya alam yang telah lama menjadi andalan. Namun, Maswar melihat ini sebagai kesempatan bagi Kutim untuk merencanakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
“Kita perlu mulai mengalihkan fokus dari pertambangan batu bara dan memanfaatkan potensi sumber daya alam lain yang lebih ramah lingkungan,” tegasnya. Indonesia memiliki potensi besar dalam energi terbarukan, seperti tenaga panas bumi (geotermal), tenaga arus laut, dan mikrohidro, yang semuanya dapat dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Sebagai negara yang terletak di Cincin Api Pasifik, Indonesia memiliki sumber daya panas bumi yang melimpah. Menurut data, pada akhir tahun 2021, Indonesia telah memanfaatkan sekitar 2.276 MW tenaga panas bumi, menjadikannya negara dengan pemanfaatan energi geotermal terbesar ketiga di dunia. Selain itu, potensi energi dari arus laut, ombak, dan pasang surut juga sangat besar, mengingat Indonesia adalah negara kepulauan dengan garis pantai yang panjang.
Di Kutim sendiri, potensi ini bisa dimanfaatkan untuk memulai transisi energi yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, tenaga mikrohidro bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan energi lokal secara berkelanjutan. Selain itu, pemanfaatan sawit untuk bioenergi juga dapat menjadi langkah strategis dalam diversifikasi ekonomi pasca-tambang.
Namun, Maswar juga mengingatkan bahwa transisi ini membutuhkan perencanaan yang matang dan dukungan penuh dari semua pihak.
“Pemerintah perlu memastikan bahwa transisi energi ini dilakukan dengan cara yang berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi masyarakat lokal,” katanya.
Dengan potensi sumber daya energi yang melimpah dan keberanian untuk berubah, Kutim memiliki peluang besar untuk menjadi pionir dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
Tantangan besar ini harus dijawab dengan langkah-langkah strategis yang tidak hanya memikirkan masa kini, tetapi juga masa depan generasi mendatang.
“Melalui upaya bersama, Kutim bisa keluar dari ketergantungan pada tambang batu bara dan menjadi contoh bagi daerah lain dalam memanfaatkan kekayaan alamnya secara bijaksana dan berkelanjutan,” pungkasnya. (adv/dprd/wa)